Semua bermula dari ide yang tidak seharusnya ada:
Habib, si paling pede mendadak mengajak rombongan lembur malam. “Biar cepat selesai, bro! Pake teamwork!” katanya. Padahal semua tahu, kalau ada yang paling suka tidur pas lembur, ya Habib juga.
Malam itu kantor Teeora Official sunyi. Jauh lebih sunyi dari biasanya.
Lampu-lampu berkedip seperti mau mati, AC bunyinya aneh seperti ada yang menggeram di dalam, dan WiFi mendadak lemot seakan juga ikut takut.
Di ruang editing, para pahlawan lembur berkumpul:
-
Habib, si optimis tanpa alasan
-
Ilham, yang logikanya selalu masuk kecuali kalau lapar
-
Anjas, master ketawa aneh
-
Atep, paling kalem tapi paling suka nge-prank
-
Idwar, editor yang perasaannya halus tapi reaksinya paling rame
Mereka mulai bekerja… sampai Ilham mendadak berhenti dan melirik ke arah jendela.
“Eh… kalian denger nggak?” bisiknya.
Semua hening.
Lalu terdengar suara TOK… TOK… TOK… dari luar.
Langkah kuda. Pelan… tapi berat.
Atep mendengus. “Udah lah, Ilham. Paling ada sepatu kuda modifikasi lewat.”
“Sepatu kuda modifikasi darimana, Tep? Ini Depok, bukan film koboi,” jawab Ilham, mulai panik.
Tiba-tiba lampu dalam kantor meredup. Komputer Anjas mati sendiri.
Dan suara TOK…TOK…TOK semakin mendekat dari arah jalan utama.
Habib berdiri dan menepuk tangan. “Oke! Kita cek bareng-bareng. Biar kompak.”
Idwar langsung berdiri juga, tapi bukan karena berani. Lebih karena kursinya bergetar gara-gara gugup.
Mereka keluar kantor bersama-sama. Angin malam terasa dingin, seperti lewat celah dari dunia lain.
Di ujung jalan utama, terlihat silhouettenya—kuda tinggi kurus dengan kepala terlalu panjang. Mata merahnya menyala seperti dua lampu indikator low battery.
Anjas langsung menjerit, “YA AMPUN ITU KUDA APA SATE 30 TUSUK JALAN!?”
Kuda itu menoleh perlahan. Suara lehernya krak… krak… krak… seolah tulangnya karatan.
Mulutnya terbuka… melebar… sampai hampir ke telinga.
Dan ia tersenyum.
Habib mencoba sok berani. “Santai bro, mungkin dia jin baik.”
Tiba-tiba kuda itu berlari kencang ke arah mereka.
Semua panik.
Atep lari duluan.
Ilham nyangkut di pegangan pagar.
Idwar teriak sambil bawa mouse komputer.
Anjas… entah kenapa lari sambil ketawa.
Mereka berlima kabur masuk ke kantor dan mengunci pintu.
Di luar, suara TOK! TOK! TOK! menghentak tepat di depan pintu, seolah kuda itu memasang mode ketok-ketok minta masuk.
Hening.
Sampai terdengar suara…
“Hhhhhh… hhhhh…”
Tapi anehnya, suara itu seperti… cegukan?
Ilham mengintip lewat jendela kecil.
“Bro…” bisiknya pelan.
“Apa?” tanya yang lain serempak.
“Itu kuda… kedorong tiang listrik. Kayaknya salah belok.”

Itu adalah tempat dimana kuda tersangkut, kita tidak bisa menyebutkan alamat lengkap karena itu adalah privasi brand kami, pokoknya tempat itu adalah benar-benar tempat sebenarnya.
Lanjut ke cerita.
Semua mendekat.
Ternyata benar: si setan kuda yang menyeramkan itu sedang bengong karena menabrak tiang. Kepalanya bengkok 45 derajat tapi tetap jalan. Dan suaranya berubah jadi hik… hik… hik… seperti kuda cegukan keras.
Atep nggak tahan, dia ngakak duluan.
“SEREM SIH… tapi kok KASIAN YA??”
Kuda itu menoleh ke arah mereka, mata merah menyala lagi, dan semua langsung menutup tirai jendela sampai sobek.
Tak ada yang berani pulang malam itu.
Mereka akhirnya lembur dengan lampu menyala semua dan musik dangdut volume 80 supaya kuda tidak mendekat lagi.
Tapi saat jam 3 pagi, mereka mendengar suara yang sama lewat jendela yang tertutup…
“Hhhhhh… hik… hhhhh…”
Habib menelan ludah. “Gaes… besok lembur siang aja ya…”.
Dan sejak malam itu, setiap kali ada karyawan Teeora Official yang pulang lewat jalan utama, sering terdengar langkah TOK…TOK…TOK pelan mengikuti dari belakang.
Kadang kuda itu cuma lewat.
Kadang cuma mengintip.
Kadang… nyengir.
Tapi kalau terdengar suara hik… hik… hik…
Itu tandanya dia lagi cari teman baru untuk nemenin jalan-jalan malam.
Dan rumor mengatakan…
Dia paling suka mengejar orang yang larinya belepotan panik mirip Anjas.
Setelah kejadian kuda cegukan malam itu, semua karyawan Teeora sepakat untuk tidak lembur malam.
Tapi tentu saja, hidup tidak semudah itu.
Hari Jumat, server editing mendadak error, deadline mepet, dan Bos berkata satu kalimat yang membuat seluruh divisi menghela napas panjang…
“Lembur malam ini ya.”
Jatuhlah moral umat.
1. Lembur yang Tidak Ikhlas
Pukul 22.00, mereka sudah berkumpul lagi di kantor:
Habib membawa kopi 3 liter,
Ilham membawa roti isi tahu entah dari mana,
Atep bawa speaker buat musik,
Idwar bawa kacang kulit,
dan Anjas… bawa cermin kecil.
“Buat apa cermin?” tanya Ilham.
“Kalau tiba-tiba ada yang nampang dari belakang kita kan bisa cek,” jawab Anjas.
“Kalau yang nampang di cermin justru kamu sendiri gimana?” timpal Atep.
Anjas terdiam. Cermin ditutup.
Malam berjalan lancar… sampai listrik BLINK sekali.
Lalu dua kali.
Lalu lama.
Dan dari luar jendela, terdengar suara paling mereka takuti:
TOK… TOK… TOK…
Ilham langsung berdiri. “Udah mulai. Mulai lagi. Mulai mati gue.”
Anjas mencubit lengan Habib. “Bro, itu kuda ga mungkin jalan jam segini. Dia shift malam apa gim—”
Belum selesai Anjas ngomong, lampu berkedip cepat dan bayangan tinggi melintas di luar.
Idwar langsung masuk ke bawah meja. “GUA OUT. GUA OUT.”
2. Kuda Berbadan Tinggi, Punya Misi Baru
Kali ini langkahnya bukan hanya TOK…TOK…TOK.
Ada suara lain… seperti roda besi diseret.
“Grrrr… hik…”
Atep mengintip sedikit dari gorden—kesalahan fatal.
“BROOOO!!!” teriaknya spontan.
Kuda itu ada di depan kantor.
Tapi dia tidak sendirian.
Di sampingnya ada gerobak hitam.
Isinya?

Entah apa. Tapi bergerak-gerak seperti… ada yang meronta di dalam.
Habib menelan ludah. “Itu apa sih…?”
Ilham menjawab dengan bijaknya, “Kalo benda dalam gerobak bergerak sendiri, jawabannya cuma dua: kucing… atau dosa.”
Gerobak itu tiba-tiba BRUK! jatuh ke tanah.
Dan dari dalam, muncul tangan—bukan manusia, bukan kuda—tapi campuran aneh seperti tangan manusia tapi berkuku panjang dan melengkung.
“LARI!” teriak Habib.
Tapi pada saat mereka hendak kabur ke pintu belakang, terdengar suara…
“Kriiieeeek…”
Pintu belakang terkunci.
Dari DALAM.
Semua menatap Idwar.
“Lu yang ngunci tadi?” tanya Anjas.
Idwar menggeleng panik. “NGGAK. MASA SETAN KUNCI PINTU?!”
Seolah menjawab, tiba-tiba pintu belakang diketuk…
Tok… tok… tok…
Tapi beda. Ini bukan langkah kuda.
Ilham memegang bahu Habib. “Bro… kalau pintu dikunci dari dalam, berarti ada sesuatu di DALAM kantor.”
Semua langsung mepet ke dinding.
3. Yang Ada di Dalam Kantor
Suasana mencekam.
Gerobak di luar masih bergerak pelan…
Kuda masih berdiri diam, menatap pintu kaca.
Lalu…
Dari dapur kantor, terdengar suara sendok jatuh.
“TING!”
Semua membeku.
Perlahan, dari balik pintu dapur yang gelap, muncul sosok…
Bukan hantu.
Bukan setan.
Melainkan… OJOL.
“Permisi… pesenan kopi lima gelas?”
Semua terdiam.
Habib yang paling cepat sadar, langsung meraih kopi. “Eh bang makasih, ini buat kami.”
Tiba-tiba… ojol itu menoleh ke arah luar kantor dan berkata santai:
“Oh, itu kuda serem itu ya? Tadi dia nyamperin saya. Nanya alamat. Saya jawab saya cuma antar kopi. Terus dia cegukan lagi. Kasian banget.”
MEREKA SEMUA MEMBULATKAN MATA.
“ABANG NGOBROL SAMA ITU!?” pekik Ilham.
“Ya masa engga. Dia manggil saya tiga kali. Suaranya kaya kipas angin rusak.”
Atep pingsan sebentar.
Setelah ojol pergi, suasana hening kembali.
Dan kuda itu mulai bergerak lagi.
4. Kuda Masuk Kantor
Tanpa mereka sadari… pintu depan yang harusnya tertutup rapat… perlahan kreeeekk terbuka.
Dari balik kabut, kuda itu melangkah… masuk… ke kantor.
-
matanya merah,
-
kuku kaki menghantam lantai vinyl Teeora,
-
dan mulutnya tersenyum lebar.
Di punggungnya… ada sesuatu yang menempel seperti bayangan hitam panjang, merayap turun ke lantai.
Anjas langsung menjerit, “BROOO ITU APA DI PUNGGUNGNYA KAYA CACING KABEL XXL!”
Makhluk itu turun, berdiri tegak…
Dan berbisik suara parau:
“Saaa…tuuu… dari… kalian…”
“Siaaaapa… mau… ikut…”
Mereka semua panik.
Habib yang paling takut, tapi berusaha sok berani.
Dengan suara tremor, ia bertanya:
“E-ikut… kemana bang?”
Makhluk itu mendekat… menunduk…
Lalu berkata:
“…ambil… gerobak… saya jatoh… bantu… dong…”
Semua terdiam.
Ilham memijat pelipis.
“Jadi… selama ini dia ngejar kita karena GEROBANYA TUMBALIK?!”
Makhluk itu mengangguk pelan.
Kuda di belakangnya… cegukan.
5. Kesimpulan Yang Tidak Seharusnya Ada
Akhirnya, mereka berlima (dengan tangisan dalam hati) membantu makhluk itu mengangkat gerobaknya kembali.
Setelah selesai, makhluk itu menatap mereka…
mengangguk…
lalu menghilang bersama kudanya ke kabut.
Suasana kembali normal.
Habib duduk lemas.
Atep masih pingsan setengah sadar.
Idwar makan kacang sambil shock.
Ilham menatap kosong ke jendela.
Anjas… ketawa tapi jelas trauma.
Dan dari kejauhan terdengar suara…
“Hik… hik… hik…”
Kuda cegukan pamit.